Deputi Wahyuni: Perlu Cara Cerdas “Abu Nawas” Menangani OLK

Bandung - Butuh kolaborasi dan pemetaan sasaran yang tepat dalam menangani olahraga layanan khusus yang bertujuan memberikan kesempatan yang sama bagi semua masyarakat dalam berolahraga, meningkatkan kualitas hidup serta kesehatan fisik dan mental. Kurangnya anggaran dan sumberdaya untuk mencapai sasaran perlu disisati secara cerdas mencontoh “akal Abu Nawas”.

Deputi Wahyuni: Perlu Cara Cerdas “Abu Nawas” Menangani OLK

Bandung - Butuh kolaborasi dan pemetaan sasaran yang tepat dalam menangani olahraga layanan khusus yang bertujuan memberikan kesempatan yang sama bagi semua masyarakat dalam berolahraga, meningkatkan kualitas hidup serta kesehatan fisik dan mental. Kurangnya anggaran dan sumberdaya untuk mencapai sasaran perlu disisati secara cerdas mencontoh “akal Abu Nawas”.

Kecerdasan tokoh dongeng 1001 malam Abu Nawas menyiasati masalah menjadi perumpamaan yang disampaikan Deputi Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) Sri Wahyuni saat membuka acara Rapat Koordinasi Festival Olahraga Layanan Khusus (OLK) di Hotel Arion Bandung, Jumat (18/7) malam.

“Kita dituntut cerdas menangani olahraga layanan khusus untuk mencapai output yang luar biasa. Kita tidak boleh mengeluh karena sedikitnya anggaran dan sumber daya yang ada, kita gunakan  aja akal Abu Nawas, kita gandeng kementerian lain yang juga terlibat dalam olahraga layanan khusus,” jelasnya.

Sedikitnya terdapat sepuluh lembaga dan kementerian yang didalamnya terdapat unit eselon satu yang menangani penyandang disabilitas. Diantaranya Kementerian Sosial pada Diroktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas terkait pemenuhan lapangan kerja bagi penyandang disabilitas.

“Jadi kalau kita mengajak penyandang disabilitas untuk berolahraga untuk bugarkan Indonesia, mereka juga sudah tidak lagi memikirkan hal-hal sosial terkait pemenuhan ekonomi rumah tangganya. Itu perlunya kita berkolaborasi dengan Kemensos,” tegasnya.

Demikian juga membudayakan olahraga yang menyasar pada murid-murid yang berkebutuhan khusus perlu bersinergi dengan Direktorat Pendidikan Khusus di Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen)

“Kita perlu lakukan kerjasama dengan Kemendikdasmen untuk muid-murid berkebutuhan khusus. Membudayakan olahraga penting buat kita (Kemenpora) tapi pendidikan bagi anak-anak penyandang disabilitas  juga terpenuhi,” tambah Deputi Wahyuni.

Selain penyandang disabilitas dan murid-murid berkebutuhan khusus, warga binaan di lembaga pemasyarakatan juga menjadi bagian yang ditangani Kemenpora sebagai upaya membudayakan olahraga yang termasuk dalam olahraga layanan khusus.

Untuk mengajak berolahraga bagi warga binaan di lembaga pemasyarakatan, Deputi Wahyuni menjelaskan perlu ditingkatkan kerjasama dengan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham)  melalui Diroktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) yang menangani pengelolaan lembaga pemasyarakatan.

“Bersama Kemenkumham melalui Ditjenpasnya kita ajak warga binaan untuk berolahraga, Kemenpora menyiapkan modul dan standard pelayanan operasionalnya, sehingga dapat di tularkan ke seluruh lapas di Indonesia,” tambahnya.

Untuk memperkuat kolaborasi bersama stakeholder yang menangani  olahraga layanan khusus, Deputi Wahyuni dalam waktu dekat akan membentuk forum dengan mengundang kementerian terkait untuk mensinergikan program.

“Tapi buat dukungannya ada suatu forum, nanti kita kumpulkan stakeholder yang menangani penyandang disabilitas. Kita undang kementerian-kementerian ini, saya mencatat ada sepuluh kementerian untuk  kita sinergikan program,” katanya.

Sebelumnya, Asisten Deputi Layanan Olahraga Khusus Kemenpora Dadi Surjadi menjelaskan digelarnya Rapat Koordinasi Festival Olahraga Layanan Khusus untuk membahas dan memetakan startegi pelaksanaan Festival Olahraga Layanan Khusus yang akan digelar di tahun 2025.

“Festival Olahraga Layanan Khusus 2025 akan digelar, kami ingin ada masukan dari stakeholder, akademisi, praktisi Dan Komunitas  yang terlibat pada kegiatan penyandang disabilitas. Kira-kira kemasannya seperti apa, kita gali nanti dari temen-temen dan para peserta yang hadir,” jelas Asdep Dadi.

Peserta yang hadir dalam rapat koordinasi berjumlah 60 peserta  berasal dari Akademisi, Peraturan Penyandang Dissabilitas Indonesia (PPDI), Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) pusat dan daerah, Peraturan Olahraga Tunarungu Indonesia (PORTI), Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) di wilayah Jawa Barat Dan Komunitas Rumah Cemara.

Rapat koordinasi yang digelar 17-20 Juli 2025 membahas tentang pentingnya festival olahraga dalam meningkatkan Kesehatan, kebugaran dan semangat olahraga masyarakat, serta Olahraga yang tepat untuk berbagai kalangan usai  dan tingkat kemampuan (inklusif)  yang disampaikan akademisi dari Universitas Peendidikan (UPI) Bandung.

Juga  membahas Aktivitas fisik bagi anak jalanan yang disampaikan oleh Komunitas Cemara dan materi terkait olahraga sebagai motivasi di lingkungan lembaga pemasyarakatan yang disampaikan Kepala Kantor Wilayah Diroktorat Jenderal Pemasyarakatan Jawa Barat.

Turut hadir dalam Pembukaan Rapat Koordinasi Festival Olahraga Layanan Khusus, Tenaga Ahli Menteri Pemuda Dan Olahraga Luhur Dewantono yang juga memberikan masukan terkait pentingnya kolaborasi antara kementerian dan lembaga dalam penyelenggaraan olahraga layanan khusus. (Much).

BAGIKAN :
PELAYANAN