Yogyakarta: Mengikis stigma dan membuka peluang yang sama bagi anak-anak disabilitas menjadi fokus Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Festival Olahraga Disabilitas di Yogyakarta, Sabtu (23/8). Kegiatan yang berlangsung di Hotel Fortune Grande ini menghadirkan perwakilan guru olahraga dari sejumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) serta anggota Special Olympics Indonesia (SOIna).
Yogyakarta: Mengikis stigma dan membuka peluang yang sama bagi anak-anak disabilitas menjadi fokus Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) Festival Olahraga Disabilitas di Yogyakarta, Sabtu (23/8). Kegiatan yang berlangsung di Hotel Fortune Grande ini menghadirkan perwakilan guru olahraga dari sejumlah Sekolah Luar Biasa (SLB) serta anggota Special Olympics Indonesia (SOIna).
Acara ini dibuka secara resmi oleh Ketua Tim Olahraga Disabilitas, Marini, didampingi Ketua Tim Dukungan Manajemen, Nurhasanah. Dalam sambutannya, Marini menegaskan komitmen Kemenpora untuk menciptakan ekosistem olahraga yang inklusif, sejalan dengan visi Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) yang mengedepankan akses setara bagi semua kalangan.
Narasumber utama, Dr. Rezha Arzhan Hidayat, M.Pd, dosen Pendidikan Olahraga dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sekaligus pengurus National Paralympic Committee (NPC) DIY, memaparkan sejumlah tantangan dan peluang dalam olahraga disabilitas. Rezha menyoroti stigma sosial yang masih membuat banyak orang tua menyembunyikan anak penyandang disabilitas, padahal olahraga dapat menjadi sarana untuk meraih prestasi dan meningkatkan kualitas hidup. “Partisipasi penyandang disabilitas dalam olahraga masih terbatas, terutama di wilayah terpencil, di mana banyak potensi belum tergali,” ujarnya. Ia menekankan peran strategis guru SLB dan aparat setempat dalam mengidentifikasi bakat. Rezha juga memamerkan keberhasilan program pencarian bibit atlet di DIY, yang mencatat 278 pendaftar, serta prestasi Yogyakarta di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVII 2024 di Solo, Jawa Tengah, dengan peringkat ke-8 dan raihan 21 medali emas, 26 perak, dan 31 perunggu.
Acara ditutup dengan sesi dari tim teknis Kemenpora, yang memaparkan cabang olahraga yang akan dipertandingkan pada Festival Olahraga Disabilitas, dijadwalkan berlangsung pada Minggu (24/8/2025) di Yogyakarta, bertepatan dengan perayaan ASEAN Sports Day di Alun-Alun Kidul. Cabang olahraga seperti atletik adaptif, boccia, para badminton, CornHole, serta dilakukan pengukuran kebugaran dengan metode Rockport akan menjadi sorotan, dengan protokol keselamatan dan aksesibilitas yang dipastikan ramah bagi semua peserta. Festival ini diharapkan menjadi ajang untuk memperkuat semangat inklusi.
Melalui rangkaian bimtek dan festival yang digelar di berbagai wilayah, Kemenpora berkomitmen memperluas ruang partisipasi, menggali potensi, dan mencetak lebih banyak atlet disabilitas berprestasi yang tidak hanya membanggakan daerah, tetapi juga Indonesia di kancah nasional maupun internasional. (yn)