Di era digital saat ini, perkembangan teknologi berlangsung begitu pesat. Gadget seperti tablet, smartphone, dan televisi kini menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian, termasuk bagi anak-anak.
Di era digital saat ini, perkembangan teknologi berlangsung begitu pesat. Gawai seperti tablet, ponsel pintar dan televisi kini menjadi bagian tak terpisahkan dari keseharian, termasuk bagi anak-anak. Fenomena ini memunculkan kekhawatiran baru: anak-anak semakin banyak menghabiskan waktu di depan layar dan semakin jarang bergerak. Gaya hidup sedentari atau malas bergerak (mager) pun mulai terbentuk sejak usia dini, yang dalam jangka panjang bisa berdampak negatif pada tumbuh kembang serta kesehatan fisik dan mental anak.
Padahal, aktivitas fisik sangat penting bagi anak-anak, terutama di usia dini yang merupakan fase emas pertumbuhan. Membiasakan anak untuk aktif bergerak tidak hanya mendukung perkembangan motorik, tetapi juga memberikan beragam manfaat lainnya. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Pediatrics (2016), anak yang rutin melakukan aktivitas fisik menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif, termasuk perhatian dan kemampuan memecahkan masalah. Studi dari Harvard T.H. Chan School of Public Health juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik dapat memperbaiki suasana hati, mengurangi risiko kecemasan dan depresi, serta meningkatkan kualitas tidur anak. Selain itu, riset dari Early Childhood Research Quarterly mengungkapkan bahwa anak-anak yang aktif secara fisik memiliki kemampuan sosial yang lebih baik karena sering terlibat dalam interaksi melalui permainan aktif. Semua manfaat ini membuktikan bahwa aktivitas fisik adalah fondasi penting bagi tumbuh kembang anak secara holistik.
Salah satu bentuk aktivitas fisik yang sangat penting untuk anak usia dini adalah gerak dasar, seperti berjalan, melompat, berlari, melempar, menangkap, dan menendang. Gerakan-gerakan ini merupakan fondasi bagi keterampilan motorik yang lebih kompleks di kemudian hari. Menurut rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), anak usia 3–5 tahun sebaiknya melakukan aktivitas fisik setidaknya selama 180 menit setiap hari, dengan berbagai intensitas dan jenis gerakan. Penelitian juga menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang rutin sejak usia dini berkontribusi terhadap peningkatan kapasitas belajar dan perkembangan otak anak.
Dalam hal ini, peran orang tua sangatlah krusial. Orang tua merupakan lingkungan terdekat dan contoh utama dalam membentuk kebiasaan anak. Dengan mengajak anak bermain aktif, membatasi waktu layar, serta menciptakan lingkungan yang mendukung kegiatan fisik di rumah maupun luar rumah, orang tua bisa menjadi fasilitator utama dalam membangun gaya hidup sehat bagi anak. Konsistensi dan keterlibatan orang tua menjadi kunci keberhasilan dalam mengenalkan gerak dasar dan aktivitas fisik pada anak-anak.
Sebagai generasi penerus bangsa, anak usia dini sangat perlu dikenalkan pada pentingnya aktivitas fisik sejak dini, terutama di masa-masa emas pertumbuhan mereka. Dengan membiasakan anak aktif bergerak, kita sedang menyiapkan mereka untuk menjadi generasi yang sehat, bugar, dan tangguh di masa depan—generasi yang tak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat secara fisik dan mental. (tyas)