Upaya memperkuat pembinaan olahraga disabilitas terus dilakukan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Melalui Asisten Deputi Olahraga Layanan Khusus, Kemenpora menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Festival Olahraga Disabilitas di Kota Padang, Sumatera Barat, Selasa (22/10).
Asdep OLK Dadi Surjadi bersama para narasumber bimtek Festival Olahraga Disabilitas di Kota Padang pada Selasa (22/10).
Padang – Upaya memperkuat pembinaan olahraga disabilitas terus dilakukan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Melalui Asisten Deputi Olahraga Layanan Khusus, Kemenpora menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Festival Olahraga Disabilitas di Kota Padang, Sumatera Barat, Selasa (22/10), dengan melibatkan guru olahraga, perwakilan Special Olympics Indonesia (Soina), dan sejumlah Sekolah Luar Biasa (SLB).
Bimtek yang berlangsung di The ZHM Premiere Hotel Padang ini dibuka langsung oleh Asisten Deputi Olahraga Layanan Khusus Dadi Surjadi, S.Pd., M.Si, didampingi Ketua Tim Olahraga Disabilitas Marini serta narasumber dari kalangan akademisi. Dalam sambutannya, Dadi menyampaikan apresiasi kepada peserta atas partisipasi aktif mereka dalam mendukung pengembangan olahraga disabilitas di daerah.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin mendorong para guru dan tenaga pendamping agar lebih percaya diri dalam membina olahraga bagi peserta didik disabilitas. Olahraga adalah sarana penting untuk meningkatkan kemandirian dan rasa percaya diri mereka,” ujar Dadi.
Selain menjadi ruang pembekalan, kegiatan ini juga merupakan persiapan menuju Festival Olahraga Disabilitas Kota Padang yang akan digelar pada 23 Oktober 2025. Festival tersebut akan menampilkan berbagai cabang olahraga yang disesuaikan dengan kemampuan peserta didik disabilitas dari berbagai SLB di Padang.
Pada kesempatan tersebut, Dr. Asep Sujana Wahyuri, S.Si., M.Pd., akademisi dan pemerhati olahraga inklusif, tampil sebagai narasumber dengan materi bertema Transformasi Olahraga Disabilitas Indonesia. Dalam paparannya, ia menekankan bahwa olahraga disabilitas merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang berkeadilan.
Dr. Asep juga menjelaskan bahwa kebijakan nasional seperti UU No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas dan UU No. 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan menjadi dasar penting bagi pengembangan olahraga inklusif. Ia menyoroti pentingnya integrasi kurikulum pendidikan jasmani yang ramah disabilitas, peningkatan kapasitas pelatih dan klasifikator, hingga penegakan standar aksesibilitas di fasilitas olahraga.
Dalam sesi diskusi, peserta juga menyampaikan sejumlah kendala di lapangan, salah satunya masih terbatasnya jumlah guru olahraga di SLB. Kondisi ini membuat pembelajaran olahraga bagi siswa disabilitas belum berjalan maksimal, terutama dalam hal mengenalkan jenis olahraga yang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.
Menanggapi hal tersebut, Marini, Ketua Tim Olahraga Disabilitas Kemenpora, mengatakan bahwa masukan peserta menjadi catatan penting untuk perbaikan ke depan. “Masalah seperti ini perlu dikoordinasikan dengan berbagai pihak agar pembinaan olahraga disabilitas di sekolah bisa lebih optimal dan berkelanjutan,” ujarnya.
Ia menambahkan, kegiatan seperti Bimtek ini tidak hanya memberikan pemahaman teknis, tetapi juga memperkuat jejaring antarpendidik untuk saling berbagi pengalaman dalam mengembangkan olahraga inklusif di sekolah masing-masing.
Melalui kegiatan Bimtek dan festival ini, Kemenpora berharap semakin banyak sekolah dan guru yang aktif menjadi penggerak olahraga inklusif, sehingga anak-anak disabilitas memiliki kesempatan yang sama untuk tumbuh, bergerak, dan berprestasi melalui olahraga. (yyn)