Di tengah semaraknya ajang Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII tahun 2025 di Nusa Tenggara Barat, satu cabang olahraga tradisional asal Bandung Timur mencuri perhatian publik: Benjang.
Lombok – Di tengah semaraknya ajang Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VIII tahun 2025 di Nusa Tenggara Barat, satu cabang olahraga tradisional asal Bandung Timur mencuri perhatian publik: Benjang. Bukan hanya sekadar pertarungan fisik, Benjang merupakan perpaduan seni, tradisi, dan olahraga khas masyarakat Sunda yang diwariskan turun-temurun sejak akhir abad ke-19.
Benjang lahir dari kawasan Ujungberung, Bandung, dan mulai dikenal luas pada awal tahun 1920-an. Seni olahraga ini terdiri dari tiga bentuk utama: Benjang Gulat, Benjang Helaran, dan Benjang Topeng. Namun, yang paling populer dan kini tengah dipromosikan hingga tingkat nasional dan internasional adalah Benjang Gulat.
Sekilas, Benjang Gulat mirip dengan olahraga gulat pada umumnya, namun bedanya terletak pada pendekatan budaya dan nilai-nilai tradisional yang mengiringinya. Setiap pertarungan dimulai dengan ibingan, tarian khas yang wajib dilakukan oleh para petarung sebelum laga dimulai sebagai bentuk penghormatan dan pernyataan kesiapan kepada lawan. Ibingan ini diiringi musik tradisional Sunda seperti kendang, gong, kecrek, dan alat musik khas lainnya yang menghidupkan suasana gelanggang. Tak hanya jadi ajang adu teknik, Benjang adalah pertunjukan budaya yang sarat makna.
Di FORNAS VIII 2025 yang digelar di Lombok, Benjang tampil sebagai salah satu cabang yang dipertandingkan dan berhasil mencuri perhatian publik serta tamu undangan nasional. Tercatat lebih dari 200 pegiat dari 10 provinsi turut ambil bagian dalam laga Benjang Gulat yang mempertandingkan 16 kelas pertandingan, mulai dari kategori remaja, junior, senior hingga bebas. Meski baru diikuti 10 provinsi, seni olahraga ini sudah berkembang di 15 provinsi di Indonesia.
Wakil Ketua Umum Perkumpulan Seni Olahraga Benjang Indonesia (PSOBI), Abdul Munir, mengungkapkan rasa syukurnya atas eksistensi Benjang di kancah nasional. “Kami sangat mengapresiasi penyelenggaraan FORNAS ini. Harapan kami agar seni olahraga gulat tradisional Benjang bisa menyebar ke seluruh tanah air, bahkan ke mancanegara. Ini bukan hanya soal olahraga, tapi tentang warisan budaya bangsa,” tuturnya.
Salah satu pegiat muda asal Jawa Barat, Muhammad Rafli Nur Attariq, yang berhasil meraih juara 1 kategori senior, juga menyampaikan kebanggaannya. “Saya berharap Benjang semakin dikenal di seluruh provinsi dan terus berkembang. Ini kebanggaan kami sebagai anak muda yang ingin menjaga budaya,” ujar Rafli.
Dukungan terhadap Benjang juga datang dari pemerintah. Sekretaris Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora RI, Yayat Suyatna, turut menyampaikan apresiasi dalam kesempatan tersebut. “Benjang adalah olahraga tradisional yang luar biasa karena berakar dari budaya asli Indonesia. Harapan kami agar terus dipromosikan dan digemari oleh generasi muda di seluruh Nusantara,” ungkapnya.