Sorakan peserta bercampur tawa lepas menciptakan suasana meriah di Velodrome Munaip Saleh, Cimahi, Sabtu (27/9).
Cimahi – Sorakan peserta bercampur tawa lepas menciptakan suasana meriah di Velodrome Munaip Saleh, Cimahi, Sabtu (27/9). Puluhan pasang kaki beradu cepat di atas papan kayu panjang. Ada yang melangkah kompak, ada pula yang jatuh bangun sambil tertawa. Itulah suasana Gebyar Olahraga Tradisional se-Bandung Raya yang digelar Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora RI).
Acara yang diikuti sekitar 200 peserta dari berbagai kalangan—mulai dari pelajar, komunitas olahraga tradisional, hingga masyarakat umum—hadir bukan sekadar untuk bertanding. Lebih dari itu, gebyar ini menjadi ajang untuk menghidupkan kembali permainan tradisional, mempererat kebersamaan, sekaligus menyehatkan masyarakat.
Sebelum perlombaan dimulai, peserta bersama-sama mengikuti Senam Kebugaran Otak, sebuah inovasi senam baru yang segera akan di-launching oleh Kemenpora. Senam ini dirancang untuk melatih konsentrasi, koordinasi, serta menjaga kebugaran tubuh sekaligus daya pikir. Kehadiran senam ini menjadi penyegar suasana dan langsung mendapat sambutan positif dari masyarakat.
Kemeriahan acara semakin terasa saat Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga, Dr. Sri Wahyuni, S.T., M.Sc., secara resmi membuka gebyar dengan memainkan Roda Toroktok bersama para pejabat dan tokoh masyarakat setempat. Turut hadir Plt. Asisten Deputi Olahraga Masyarakat, Supeni Pudyastuti, Camat Cimahi Tengah, Juperianto Marbun Banjarnahor, serta Lurah Padasuka, Ratih Dwi Setiaputri.
Dalam sambutannya, Deputi Sri Wahyuni menegaskan bahwa olahraga tradisional adalah kekayaan bangsa yang patut dibanggakan. “Negara lain iri karena Indonesia punya kekayaan olahraga tradisional yang luar biasa. Kita harus bangga, merawat, dan mengenalkannya hingga ke mancanegara. Generasi muda harus mulai bergerak, berolahraga, agar kita mendapat bonus demografi yang positif,” ujarnya.
Ia juga menambahkan bahwa olahraga tradisional mengandung nilai budaya dan karakter yang tak tergantikan. “Melalui olahraga tradisional, kita bukan hanya bergerak, tetapi juga belajar tentang kerja sama, sportivitas, dan kebersamaan. Permainan ini harus dijaga agar generasi mendatang tetap mengenalnya,” jelas Sri Wahyuni.
Camat Cimahi Tengah, Juperianto Marbun Banjarnahor, menuturkan bahwa warganya sangat antusias dengan adanya kegiatan ini.
“Olahraga tradisional sejatinya adalah olahraga gembira. Mari ikuti lomba dengan jujur, sportif, dan penuh keceriaan. Harapannya, kegiatan seperti ini bisa rutin hadir lagi karena sangat digemari masyarakat,” katanya.
Salah satu peserta, Fazah Sri (16), pelajar asal Bandung, mengaku sangat senang bisa ikut serta.
“Seru banget, happy! Bisa sehat, ketemu teman baru, dan coba permainan yang jarang dimainkan. Jadi pengalaman yang asik banget,” ucapnya.
Dalam perlombaan ini, Fazah mengikuti dua permainan sekaligus, yakni Terompah Panjang dan Roda Toroktok. Seperti Fazah, banyak peserta lain yang juga larut dalam suasana, tak peduli menang atau kalah, karena tawa dan kebersamaan jadi hadiah utama.
Gebyar Olahraga Tradisional memperlombakan tiga jenis permainan khas nusantara: Terompah Panjang, Susumpitan, dan Roda Toroktok. Permainan yang menuntut kerja sama, ketangkasan, dan strategi ini membuat peserta belajar banyak hal: kompak, sportif, sekaligus menikmati keceriaan bersama.
Kegiatan ini membuktikan bahwa olahraga tradisional bukan hanya sekadar warisan, tetapi juga sarana menyehatkan tubuh, memperkuat ikatan sosial, dan memperkenalkan budaya bangsa kepada generasi muda.
Warisan Nusantara pun terbukti masih hidup—bukan hanya di buku sejarah, melainkan juga di lapangan, dimainkan dengan penuh tawa, dan diwariskan lewat pengalaman gembira masyarakat hari ini. (yn)