Deputi Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) Sri Wahyuni menilai ajang Kasundan International Silat Camp (KISC) 2025 yang diikuti tujuh negara memiliki potensi strategis untuk memperkuat identitas olahraga asli Indonesia di panggung internasional.
Garut - Deputi Pembudayaan Olahraga Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora RI) Sri Wahyuni menilai ajang Kasundan International Silat Camp (KISC) 2025 yang diikuti tujuh negara memiliki potensi strategis untuk memperkuat identitas olahraga asli Indonesia di panggung internasional.
Hal ini disampaikannya saat mendampingi Wakil Menteri Pemuda dan Olahraga (Wamenpora) Taufik Hidayat menghadiri perhelatan KISC 2025 di GOR Bela Diri, SOR RAA Adiwijaya, Garut, Jawa Barat, Kamis (7/8) malam.
“KISC 2025 diikuti lebih dari 50 peserta yang berasal dari Singapura, Australia, Amerika Serikat, Jepang, Rusia, Belanda, Perancis, termasuk Indonesia merupakan ajang melestarikan warisan budaya dan saran promosi budaya Indonesia melalui olahraga pencak silat,” katanya.
Ditambahkannya, Pencak silat sebagai warisan budaya Indonesia kini berkembang menjadi seni bela diri yang diakui dunia. Selain itu pencak silat juga memiliki peran membentuk karakter bangsa, pelestarian budaya, promosi dan diplomasi budaya serta menjaga kesehatan dan kebugaran.
“Latihan pencak silat dapat meningkatkan kebugaran fisik dan kesehatan bagi mereka yang melakukannya. Karenanya, kami sangat mendukung ajang KISC 2025 yang juga mampu mendorong masyarakat untuk aktif bergerak dan berolahraga untuk menjaga kebugaran dan kesehatan,” kata Deputi Sri Wahyuni.
Senada dengan itu, Wamenpora Taufik Hidayat mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut melestarikan pencak silat sebagai warisan budaya bangsa sekaligus menggerakkan potensi ekonomi lokal melalui ajang Kasundan International Silat Camp (KISC) 2025.
“Kita berkumpul di sini dalam rangka memperkenalkan dan melestarikan silat sebagai warisan tak benda. Tapi lebih dari itu, kegiatan ini diharapkan juga menjaring wisatawan mancanegara dan mendorong tumbuhnya perekonomian di Kabupaten Garut,” ujar Wamenpora Taufik.
Pencak silat yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda, menurut Wamenpora, memiliki nilai strategis dalam pembangunan nasional, tidak hanya dari aspek pelestarian budaya dan prestasi olahraga, tetapi juga sebagai bagian dari pengembangan sport tourism yang berdampak langsung pada ekonomi masyarakat.
“Kegiatan ini bukan hanya bentuk dukungan kita membudayakan olahraga, tapi juga sebagai upaya menguatkan gerak roda perekonomian melalui sport tourism,” tegasnya.
Wamenpora berharap kegiatan seperti KISC 2025 menjadi agenda rutin yang melibatkan lebih banyak peserta dan masyarakat lokal, sehingga silat tak hanya berkembang di gelanggang, tetapi juga menjadi kekuatan ekonomi berbasis budaya.
Tak hanya teknik bela diri, KISC 2025 juga menampilkan kekayaan budaya Garut, termasuk kuliner dan destinasi wisata. Hal ini dinilai sebagai langkah integratif antara pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi kreatif daerah.
“Saya berharap pencak silat dapat memberi dampak nyata. Tidak hanya dalam konteks pelatihan, tapi juga sebagai daya tarik yang mendatangkan devisa dan membuka lapangan kerja,” jelasnya.
KISC 2025 juga menjadi bagian dari upaya jangka panjang menuju Indonesia Bugar 2045 dan mendukung program Pencak Silat Road to Olympic, yang bertujuan membawa pencak silat tampil di panggung olahraga dunia.
“KISC ini bisa jadi pijakan awal yang kuat, baik untuk pencak silat maupun pertumbuhan ekonomi daerah. Mari kita jadikan kegiatan ini sebagai contoh sinergi antara budaya, olahraga, dan pemberdayaan ekonomi lokal,” tutupnya. (much).