Padang Catat Rekor Partisipasi Tertinggi di Festival Olahraga Disabilitas 2025

Ratusan pelajar dengan berbagai jenis disabilitas tumpah ruah di halaman SLB Negeri 2 Kota Padang, Kamis (23/10). Keceriaan terpancar dari wajah mereka yang datang bukan sekadar untuk bertanding, tetapi untuk merayakan semangat kebersamaan dalam Festival Olahraga Disabilitas (FOD) 2025 yang digelar Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melalui Asisten Deputi Olahraga Layanan Khusus.

Padang Catat Rekor Partisipasi Tertinggi di Festival Olahraga Disabilitas 2025 Seluruh peserta antusias mengikuti Festival Olahraga Disabilitas, Kamis (23/10).

Padang – Ratusan pelajar dengan berbagai jenis disabilitas tumpah ruah di halaman SLB Negeri 2 Kota Padang, Kamis (23/10). Keceriaan terpancar dari wajah mereka yang datang bukan sekadar untuk bertanding, tetapi untuk merayakan semangat kebersamaan dalam Festival Olahraga Disabilitas (FOD) 2025 yang digelar Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melalui Asisten Deputi Olahraga Layanan Khusus.

Tahun ini, Kota Padang mencatat sejarah sebagai tuan rumah dengan jumlah peserta terbanyak sepanjang penyelenggaraan FOD — yakni 300 peserta dari 35 sekolah luar biasa (SLB) serta dua lembaga, SOIna Kota Padang dan Panti Sosial Bina Grahita. Festival ini menjadi bukti kuatnya sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan olahraga inklusif. “Dari semua kota yang pernah menggelar FOD, Padang menjadi yang paling banyak melibatkan sekolah dan lembaga disabilitas dalam satu kegiatan,” ujar Asisten Deputi Olahraga Layanan Khusus, Dadi Surjadi, dalam laporannya.

Menurutnya, antusiasme tinggi ini menunjukkan bahwa semangat olahraga untuk semua semakin tumbuh, terutama di kalangan anak-anak berkebutuhan khusus.
Festival menampilkan sejumlah cabang olahraga adaptif seperti boccia, atletik, tenis meja, dan bulutangkis, serta tes kebugaran metode Rockport yang tetap menjadi bagian penting dalam pemantauan kondisi fisik peserta. Kegiatan ini didampingi oleh tim akademisi dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang telah rutin bermitra dengan Kemenpora dalam pelaksanaan FOD di berbagai daerah.

Tak hanya kompetisi, panitia juga menyiapkan fun games yang disesuaikan dengan kemampuan tiap peserta agar mereka bisa menikmati kegiatan dengan riang tanpa tekanan.
“FOD bukan hanya tentang menang atau kalah, tapi tentang ruang kebersamaan dan kesempatan yang setara bagi semua,” tambah Dadi.

Acara dibuka langsung oleh Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga, Dr. Sri Wahyuni, S.T., M.Sc, didampingi Kadispora Sumatera Barat Dedy Diantolani, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Yuli Ardi, serta Ketua SOIna Kota Padang Anita Ratnasari.

Dalam sambutannya, Dedy Diantolani menyampaikan terima kasih kepada Kemenpora yang telah mempercayakan Padang sebagai tuan rumah. “Ini adalah bentuk nyata kolaborasi pemerintah pusat dan daerah dalam memberi ruang bagi anak-anak berkebutuhan khusus untuk menunjukkan kemampuan mereka melalui olahraga,” ujarnya.

Deputi Sri Wahyuni menegaskan pentingnya keberlanjutan program semacam ini. “Kegiatan seperti ini jangan berhenti di satu titik. Harus dirancang agar berkesinambungan, lebih terukur, dan menghasilkan dampak nyata. Dari sinilah kita bisa melihat bibit-bibit atlet potensial,” ungkapnya.

Pembukaan festival berlangsung meriah. Anak-anak Tuna Grahita menampilkan Tari Pasambahan, tarian penyambutan khas Minangkabau, dilanjutkan peragaan wushu oleh atlet SOIna Kota Padang. Beragam jenis kedisabilitas terlibat — mulai dari autisme, tunagrahita, cerebral palsy, down syndrome, hingga tunarungu — semua berbaur dalam suasana yang hangat dan penuh semangat. Bagi banyak peserta, festival ini bukan sekadar perlombaan, melainkan panggung untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan membangun interaksi sosial yang positif.

FOD di Padang menunjukkan bahwa dengan dukungan lintas sektor — pemerintah, sekolah, komunitas, hingga perguruan tinggi — olahraga dapat menjadi sarana memperkuat inklusi sosial. Pendekatan kolaboratif seperti ini menjadi contoh bagaimana gerakan “Olahraga untuk Semua, Tanpa Batas, Tanpa Diskriminasi” benar-benar dihidupkan di tingkat daerah.
“Melalui FOD, kita ingin anak-anak disabilitas tidak hanya aktif bergerak, tetapi juga merasa dihargai dan dilibatkan,” kata Sri Wahyuni menutup sambutannya.

Festival di Padang pun menegaskan satu hal: olahraga bukan hanya ajang prestasi, tapi juga jembatan kemanusiaan yang mempersatukan semua tanpa melihat perbedaan. (yyn)

BAGIKAN :
PELAYANAN