Teguh Fajar Sentosa, pemuda asal Desa Rambata, Kecamatan Pejawaran Banjarnegara, Jawa Tengah, harus meninggalkan bangku sekolah pada 2017 akibat keterbatasan biaya. Ia pun kemudian memutuskan untuk belajar bertani dengan budidaya tanaman kentang, wortel, kubis, cabe dengan metode tumpeng sari.
Teguh Fajar Sentosa, pemuda asal Desa Rambata, Kecamatan Pejawaran Banjarnegara, Jawa Tengah, harus meninggalkan bangku sekolah pada 2017 akibat keterbatasan biaya. Ia pun kemudian memutuskan untuk belajar bertani dengan budidaya tanaman kentang, wortel, kubis, cabe dengan metode tumpeng sari.
Siapa sangka, keputusannya itu justru berbalik memberikan kesejahteraan bagi dirinya. Ia bahkan berpenghasilan melebihi dari pekerja kantoran dari kegiatannya bertani dan membuktikan bahwa bertani adalah pekerjaan yang menjanjikan bagi pemuda.
Di lokasi pegunungan tinggi Dieng Jawa Tengah, Di usia 21 tahun awal merinitis bisnis pertanian lahan tidur milik keluarga bersama orang tuanya tidak begitu luas, bahkan fasilitas pertanian juga tidak begitu lengkap. Keterbatasan ini membuat Fajar semakin meyakinkan dirinya untuk menekuni dan mempelajari pertanian melalui pelatihan-pelatihan usaha pertanian.
Diceritakan Fajar bahwa dari usaha kerasnya pada panen pertama menghasilkan 15,5 juta rupiah dari modal awal sekitar 700 ribu rupiah. Tak hanya itu, pada panen berikutnya, Fajar berhasil panen lebih banyak dan menghasilkan penghasilan lebih banyak pula.
Fajar menjelaskan hasil dari pertanian sebenarnya dapat jauh lebih besar dari gaji pekerja kantoran. Ketika bertanam kentang pada lahan seluas 0,25 hektar, dia dapat menghasilkan keuntungan bersih sebesar 40 juta rupiah dalam 4 bulan.
“Mayoritas pekerja di desanya adalah bertani, maka saya memicu diri untuk mencoba memulai bisnis dibidang pertanian, saya mulai menggali dan mempelajari pertanian melalui pelatihan pertanian yang dilakukan Kementerian Pertanian. Tujuan saya agar hasil pertanian dapat mensejahterakan petani di desa saya.” Cerita Teguh Fajar Sentosa
Menurut Fajar, apa yang dilakukan memang beda dengan petani kebanyakan di desanya. Misalnya mengurangi penggunaan bahan kimia agar kesuburan tanah tetap terjaga. “Pertama standar operasinoalnya di lahan, ketika orang-orang dulu itu yang penting cepat itu, ketika sekarang anak muda kan lebih kreatif, lebih inovatif, jadi memperhatikan gimana kesuburuan tanah tetap terjaga dengan cara mengurangi penggunaan pestisida dan bahan kimia,”tutur Fajar
Fajar juga menerapkan pertanian berkelanjutan pada lahan yang ia garap dengan memanfaatkan lahan secara efisien, dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
“Menekan ongkos produksi dan menjaga kesuburan tanah dapat menghasilkan panen yang melimpah tanpa merusak alam,” ujarnya
Keberhasilannya dalam menjalankan pertanian dirasakan Fajar perlu ditularkan kepada masyarakat petani sekitarnya, agar melalui pertanian mampu meningkatkan taraf dan kesejahteraan masyarakat di desanya.khusunya para pemuda. Fajar menilai tantangan yang dihadapi saat ini selain semakin menyempitnya lahan pertanian juga anak-anak muda di daerahnya sudah tidak mau lagi terjun dibidang pertanian.
Pada mulanya, berbekal pengetahuan yang diperolehnya dari berbagai pelatihan, Fajar masih gamang mengajak masyarakat sekitarnya untuk mengembangkan pembeharuan dibidang pertanian dengan pemanfaatan teknologi pertanian, bahkan dirinya dikucilkan petani tradisional didesanya karena dianggap merubah kebiasan petani yang sudah dilakukan turun-temurun.
“Saat saya menyampaikan pandangan tentang pertanian yang modern, perkembangan teknologi di bidang pertanian , saya justru dikucilkan oleh para petani.” Kenang Teguh Fajar Sentosa.
Dengan tekad ingin memajukan pertanian diseanya, Fajar terus membagi pengetahuan dan pengalamannya di bidang pertanian modern kepada masyarakt dan pemuda-pemuda didesanya. “Saya harus berani mengambil langkah-langkah mendorong agar pemuda-pemuda desanya mau terjun di bidang pertanian.” Jelas Fajar
Setelah lima tahun mempraktikkan ilmu pertanian yang ia dapatkan, kini ia mulai banyak mempunyai mitra. Bahkan Fajar juga dipercaya untuk menggarap lahan milik petani lain. Hingga kini, luas lahan yang digarap Fajar sekitar 15 hektar.
Di Tahun 2023, upaya Fajar dalam mempelopori pertanian pun diganjar penghargaan sebagai Juara 1 Pemuda Pelopor tingkat Provinsi Jawa Tengah dari Kementerian Pemuda dan Olahraga. Fajar dinobatkan sebagai pelopor di bidang pangan.
"Kemenpora memberikan saya semangat untuk terus berkembang. Penghargaan ini saya jadikan sebagai sebuah tantangan, menjadi pemuda pelopor membutuhkan semangat juang yang besar untuk terus berkarya dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar,” ungkap Fajar.
Fajar membuktikan bahwa pertanian adalah pekerjaan menjanjikan untuk para pemuda Indonesia, serta memiliki keistimewaan tersendiri.
“Pertanian itu tidak pernah luput dari pahala, ketika tanaman tumbuh dengan baik mendapat pahala, tanaman dimakan oleh hama mendapat pahala, dan ketika rugi pun mendapatkan pahala,”
Kedepan Fajar ingin ada master plan tentang pembangunan kawasan terpadu di dataran tinggi Dieng, khusunya di desa Rambata yang memiliki luas lahan sekitar 2 ribu m2 bahkan bisa ditingkatkan menjadi 1 Hektar untuk membangun satu kawasan terpadu diantaranya menjadi kawasan pertanian, perikanan maupun pertenakan dalam satu kawasan yang berbasis Internet of Things (IOT).
“Sehingga jika anak-anak muda atau mahasiswa mau belajar pertanian, jadi mudah dan ada kawasan yang dikhususkan untuk itu. Itu cita-cita besar saya.” Tutup Fajar. (muc)