Program "Keluarga Muda Berdaya X Siap Nikah Goes to Campus" digelar Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merupakan kolaborasi lintas sektor dalam meningkatkan keluarga berkualitas dan kepemimpinan pemuda dalam rumah tangga melalui penguatan pemahaman remaja dan pemuda dalam rangka persiapan kehidupan berkeluarga dan peningkatan kapasitas keluarga muda berdaya.
Semarang - Program "Keluarga Muda Berdaya X Siap Nikah Goes to Campus" digelar Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merupakan kolaborasi lintas sektor dalam meningkatkan keluarga berkualitas dan kepemimpinan pemuda dalam rumah tangga melalui penguatan pemahaman remaja dan pemuda dalam rangka persiapan kehidupan berkeluarga dan peningkatan kapasitas keluarga muda berdaya.
Hal itu dikatakan Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Raden Isnanta pada pembukaan acara Keluarga Muda Berdaya X Siap Nikah Goes to Campus" di Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jawa Tengah, Rabu (26/6) pagi.
"Koordinasi lintas sektor yang dimaksud untuk mengkoordinasikan dan menyinkronkan program dan kegiatan kementerian dan lembaga anggota tim pelaksana Rencana Aksi Nasional (RAN) Pelayanan Kepemudaan 2021-2024 seperti yang tertuang dalam Perpres 43 Tahun 2022." kata Deputi Isnanta.
Perpres 43 Tahun 2022 tentang koordinasi strategis lintas sektor penyelenggaraan pelayanan kepemudaan bertujuan meningkatkan efektivitas pelayanan kepemudaan, sinkronisasi dan harmonisasi program dan kegiatan kepemudaan, serta kajian penyelenggaraan pelayanan kepemudaan.
"Dalam Perpres itu, terdapat 28 kementerian dan lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan RAN pelayanan kepemudaan, hari ini Kemenpora dan BKKBN memperkuat kolaborasi lintas sektor itu dengan menggelar acara ini." tambahnya.
Dijelaskan Deputi Isnanta bahwa Kemenpora memiliki program "Keluarga Muda Berdaya", yakni program peningkatan kualitas dan kapasitas kepemimpinan pemuda. Sementara BKKBN mengedukasi remaja dan pemuda untuk mempersiapkan diri memasuki dunia pernikahan melalui program "Siap Nikah".
"Sehingga kolaborasi program lintas sektor Kemenpora dan BKKBN untuk meningkatkan kualitas kepemimpinan domestik pemuda melalui pemberian penguatan literasi kesehatan reproduksi, psikologi perkawinan, legalitas (hukum) keluarga, perencanaan keuangan, menghadapi masa pernikahan." jelas Deputi Isnanta.
Ditambahkan Asisten Deputi (Asdep) Kepemimpinan Pemuda Andi Susanto bahwa "Keluarga Muda Berdaya X Siap Nikah Goes to Campus" merupakan implementasi dari perjanjian kerja sama (PKS) yang belum lama ditandatangan Kemenpora dan BKKBN
"Kemenpora dan BKKBN sepakat melalukan penguatan pemahaman remaja dan pemuda dalam rangka persiapan kehidupan berkeluarga dan peningkatan kapasitas keluarga muda berdaya." kata Asdep Andi.
Sementara itu, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengingatkan pasangan yang akan menikah untuk menghemat biaya yang tidak perlu. Salah satu biaya yang bisa diminimalkan adalah biaya pranikah atau prewedding.
"Pesan praktisnya itu jangan terlalu membesar-besarkan yang enggak penting. Contohnya prewedding. Kita itu bisa mencapai puluhan juta rupiah, bahkan ada yang sampai ratusan juta rupiah," ucap Hasto .
Biaya prewedding yang terlalu besar bisa dialihkan kepada kebutuhan lain. Seperti dipakai untuk membiayai tes darah atau mengonsumsi obat penambah darah sehingga ada perbaikan kualitas kesehatan pasangan.
"Konsepsi untuk tes HB (hemoglobin), minum tablet tambah darah, itu dikerjakan. Padahal itu murah banget, bahkan ada yang gratis. Itu pesan saya," tutur Hasto.
Dia pun meminta agar pernikahan tidak dilakukan pada usia terlalu dini dan terlalu tua. Kemudian, jarak kehamilan tidak dekat dan tidak terlalu sering hamil.
"Jangan terlalu muda nikah. Jangan terlalu tua juga (minimal 21 tahun untuk wanita dan 25 tahun untuk pria). Kemudian jangan terlalu sering hamil (jarak kehamilan terlalu dekat). Satu lagi jangan terlalu banyak. Sebetulnya target kita anak itu 2,1 (untuk setiap pasangan menikah)," kata Hasto.
Hasto pun juga menyoroti perilaku seks pada anak muda yang dilakukan pada usia dini sebelum menikah. Menurutnya, angka persentase seks di luar nikah sudah lebih dari 50 persen.
"Remaja-remaja kita hubungan seksnya maju. Tapi nikahnya mundur. Jadi sekarang hampir 74 persen remaja laki-laki dan 69 persen remaja perempuan sudah hubungan seks antara usia 15 sampai 19 tahun. Tapi nikahnya di atas 22 tahun," ucap Hasto.
Baginya, seks di luar nikah bisa berdampak sistemik, misalnya lahirnya anak yang stunting.
"Jadi kalau nanti banyak seks di luar nikah, otomatis banyak kejadian harus pakai dispensasi karena harus nikah, karena kecelakaan hamil di luar nikah. Anaknya akhirnya tidak terurus, stunting juga," kata Hasto.
Sebagai informasi, acara "Keluarga Muda Berdaya X Siap Nikah Goes to Campus" diikuti 300 mahasiswa Unnesa sebagai peserta dengan nara sumber Ahli Psikologi Forensik yang juga konsultan SDM Reza Indragiri, Staf Ahli Menpora Bidang Inovasi Kepemudaan dan keolahragaan Yohan, Psikologi Keluarga Imelda Hutapea dan Ahli Gizi Masyarakat Tan Shot Yen.
Turut hadir pada acara pembukaan Direktur Bina Ketahanan Remaja BKKBN Edi Setiawan dan Wakil Rektor III Bidang Riset, Inovasi dan Sistem Informasi Unnes Ngabiyanto. (much)